Latest News

Mengenal Tari Nonetnik


Mengenal Tari Nonetnik
Berdasarkan pola garapannya, sebuah karya seni tari dapat dibedakan ke dalam tari yang berpijak pada tari tradisional daerah masing-masing dan tarian yang digarap tanpa berpijak pada sumber tari tradisi. Untuk membedakan keduanya secara jelas, mungkin mudah. Akan tetapi, jika kita mengembalikan pada prinsip bentuk seni dan aspek pembentuk sebuah karya seni tari, mungkin dari sekian ribu judul tari dan bentuk tariannya akan terpecah-pecah menjadi beberapa kategori. Benarkah itu adalah tari tradisi? Apakah yang ini tari nonetnik? Tari nonetnik memiliki kriteria-kriteria tertentu, Yaitu sebagai berikut.
1. Lebih mengutamakan repertoar pola gerak hasil eksplorasi;
2. Makna atau pesan dari tarian sebagai ungkapan ekspresi pribadi;
3. Menunjukkan kebebasan kreativitas secara koreografi;
4. Tidak menunjukkan identitas kultural.

Tari nonetnik, jika dijabarkan berdasarkan arti kata, adalah ungkapan ekspresi jiwa manusia melalui media gerak dan ritme. Nonetnik berarti bukan termasuk jenis tari yang mentradisi, bukan termasuk jenis tari yang kehidupannya menjadi lekat dengan adat istiadat masyarakatnya. Misalnya, tari yang berfungsi upacara dan bersifat sosial kemasyarakatan yang jelas menunjukkan identitas masyarakat yang berbudaya. Tari nonetnik dapat hadir setiap saat. Tapi nonetnik tidak bergantung kepada sebuah ikatan, atau keharusan, atau peraturan tertentu yang disepakati bersama dengan lingkungan sosial budayanya. Kapan pun orang ingin menyajikannya, tidak ada larangan untuk itu. Selama penyajiannya mendapat izin, tidak mengganggu ketenangan umum, maka tari nonetnik dapat hadir di mana pun.

Fenomena menjamurnya tari kreasi nonetnik ini dilatarbelakangi pula oleh adanya faktor "ekonomi". Oleh karena itu, ketika semua persaingan untuk memenuhi kebutuhan hidup sulit diperoleh, maka kompetensi individu melahirkan berbagai bentuk keterampilan dan kreativitas dengan ide inovatif yang menjadi modal dalam memperoleh sisi finansial bagi pelaku seni di dunia entertainment. Banyak orang menyebut tari nonetnik dengan beberapa sebutan, seperti Modern Dance, Tari Kontemporer, Tari Latar, Komposisi Tari.

Semua sebutan itu menunjukkan sebuah karya seni tari yang baru, sesuai dengan zaman. Adapun sifatnya berbau modern karena menampilkan sajian tari yang menonjolkan bentuk baru. Namun, bagaimanakah tarian yang tumbuh di masyarakat, apakah tarian berpola garapan nonetnik ini masih memakai prinsip dasar seni dan unsur serta kaidah-kaidah pembentuk sebuah karya seni?
Para penari yang bergerak lincah mengikuti irama musik di belakang salah seorang penyanyi sering disebut penari latar. Entah siapa yang mulai menggunakan sebutan itu, tetapi semakin lama menjadi sebutan lazim bagi penari yang bergerak mengikuti irama dari lagu yang dibawakan oleh seorang penyanyi. Istilah penari latar dapat disebutkan sebagai istilah untuk penari yang mengiringi penyanyi. Gerakan penari yang menari di belakang penyanyi didesain harmoni dengan syair lagu, atau gerakan tari hanya didesain berdasar irama lagu. Gerak tari membutuhkan dinamika gerak dan gerak merupakan media dalam mengungkapan ekspresi jiwa. Pernahkah Anda menyaksikan sebuah pertunjukan tari yang menggunakan bantuan alat teknologi canggih dalam penyajiannya, sehingga kesan yang akan Anda tangkap adalah betapa canggihnya tarian itu? Kekaguman tersebut bukan karena gerakan yang canggih atau sajian yang tinggi nilai artistiknya, tetapi karena desain koreografi, setting panggung, penataan lighting, semuanya menggunakan alat yang dikategorikan sebagai “teknologi”.

Pada sebuah pertunjukan tari di Jakarta terdapat sebuah tarian dari Australia. Tarian tersebut dibawakan oleh seorang penari di atas sebuah besi yang lentur seperti tongkat lembing. Pemain bergerak dari satu lembing ke lembing yang lain dengan efek desain ruang gerak yang ditimbulkan oleh lengkungan lembing, menjadi bentuk yang aneh. Hal yang lebih menarik lagi dari pentas tersebut adalah tarian disajikan di alam terbuka di pinggir jalan raya.

Apakah karya tersebut termasuk kategori tari bentuk modern karena menggunakan alat canggih? Sajian berbagai karya tari yang menggunakan alat “Slink”, seperti yang terdapat di Teater Tanah Airku (TMII), atau semburan dry ice pada para penari belum tentu dikategorikan sebagai sajian tari modern. Di negeri asalnya Amerika, istilah modern digunakan untuk hal yang berbau memberontak atau lepas dari aturan, seperti yang dilakukan Isadora Duncan dalam membuat karya-karya tari modernnya.

Tari kontemporer merupakan sebutan yang lain untuk tari modern. Pada dasanya, tarian ini menyajikan kreasi tari yang mengandalkan berbagai pola gerak dan dirangkai menjadi sebuah tarian yang mempunyai bentuk lain (baru). Dalam bahasa Indonesia, istilah komposisi bisa berarti mengatur, menata, dan mendesain sebuah karya tari. Sebenarnya, semua sajian yang diberi judul karya seni tari harus didasarkan pada kaidah prinsip dasar seni, yaitu unity, balance, harmoni, transisi, repetisi, kontras, dinamika, dan klimaks.

Tari juga merupakan media bahasa ungkap, berupa ekspresi pribadi (bagi koreografer) atau merupakan ekspresi ungkapan masyarakat sosial budaya setempat, yang hanya akan membatasi fungsi dan kebutuhannya bagi manusia. Nonetnik dapat pula diartikan sebagai yang "bukan tradisi", yang bukan ciri daerah tertentu, tidak bersifat kedaerahan, dan bisa pula disebut tari nonetnik.

1. Tari Kreasi Tunggal Nonetnik
Bentuk sajian tari tunggal hasil kreasi koreografer Dapat mewujudkan kemampuannya dalam menggerakkan tubuhnya secara luwes, kuat, seimbang, dan menunjukkan sifat bebas. Hal itu dapat dijumpai pada beberapa pertunjukan tari nonetnik, seperti pada acara "Lets’ Dance".
Penyajian tari tunggal hanya dilakukan pada saat tertentu, ketika satu grup dance menantang grup yang lain untuk beradu kemampuan menari dengan energik dan menarik minat penonton. Tarian tersebut harus didukung kekuatan fisik dan mental. Artinya, tidak menjadi pesimis ketika grup lain menari dengan lebih baik dari pada grupnya sendiri. Namun, berbeda dengan sajian komposisi tari “Ambigu” karya Lena Guslina, atas ulasan oleh F.X. Widaryanto tentang seorang penata tari muda dari Jawa Barat. Karya tarinya ini menyajikan tarian sendiri, hanya dibantu sebuah layar putih dan sebuah kain bermotif batik di sisi lainnya. Dia mengolah gerakan menjadi rangkaian gerak tari yang tidak melepaskan diri dari kaidah seni.

2. Tari Kreasi Kelompok Nonetnik
Mengelompokkan sesuatu berarti terdapat beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan dan perhatian. Demikian sistem yang dipakai dalam mewujudkan tari kelompok. Pertimbangan dinamika kelompok pada sajian tari harus disusun berdasarkan hal yang melibatkan pertimbangan bagi hal lainnya. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam tari kreasi kelompok.
a. Penari pada tari kelompok harus berlatih bersama secara teknik.
b. Penari kelompok harus memiliki kemampuan teknis dan praktis dalam menari sejajar dan tidak kacau.
c. Membuat beberapa komposisi gerak berdasarkan:
1) Garis lantai simetris maupun asimetris
2) Level penari, baik rendah, sedang, dan tinggi
3) Pola gerak, serempak, berurutan, berselang, dan imbang
4) Tempo gerakan: lambat, sedang, dan cepat
5) Intensitas penggunaan tenaga, yang sama kuat, sedang dan lemah
6) Iringan yang digunakan untuk mengiringi tari, baik yang dibuat kontras maupun harmoni dengan gerakan
7) Ansambel bisa berbentuk perkusi, atau benda apa pun yang dapat menimbulkan bunyi untuk diaransemen
8) Busana dan rias tari kelompok nonetnik tidak menunjukkan spesifikasi baku.

0 Response to "Mengenal Tari Nonetnik"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...